Kamis, 26 Juni 2014

laporan praktikum manajemen produksi



BAB I.  PENDAHULUAN
1. PT. Perkebunan Nusantara VIII
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN dengan bisnis perkebunan teh terbesar mencapai 26.000 hektar di Nusantara, PTPN VIII juga mengembangkan industri hilir teh dalam kemasan yang diberi merk WALINI. Nama Walini yang diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII tersebut diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat.
Inisiatif PTPN VIII memproduksi teh Walini adalah karena ingin memberikan teh dengan kualitas yang bagus, karena jarang sekali masyarakat Indonesia yang mendapatkan teh dengan kualitas yang bagus tersebut. Oleh karena itu, teh Walinidiharapkan mampu menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan teh dengan kualitas bermutu.

Salah satu penghasil susu Nasional adalah Bandung Barat dimana memiliki wilayah yang potensial untuk pengembangan usaha sapi perah. Populasi sapi perah di Bandung Barat yang saat ini mencapai ± 24.000 ekor dengan produksi susu per hari ± 150.000 liter dan Lembang sebagai daerah pariwisata merupakan potensi yang tidak terbantahkan lagi untuk dikembangkan.
Lembang merupakan salah satu kecamatan di Bandung Barat yang mempunyai potensi produksi susu sapi yang besar, karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai peternak sapi perah. Namun karena terdapat berbagai keadaan salah satunya yaitu rendahnya harga jual susu sapi murni yang tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan sapi membuat para peternak sapi perah merasa kesulitan. Apalagi ditambah dengan semakin meningkatnya harga kebutuhan pokok dan tingginya biaya pendidikan.
Kesulitan ini membuat mata pencaharian sebagai peternak sapi perah tidak lagi menjanjikan dan menurunkan minat generasi selanjutnya untuk melanjutnya usaha sapi perah. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar semangat para peternak sapi perah kembali meningkat serta meningkatkan minat generasi selanjutnya untuk mengembangkan usaha sapi perah melalui kelompok usaha pengolahan susu (KUPS) Serba Susu Lembang. Para peternak sangat berharap mereka bisa menjual susu dengan nilai yang lebih dibandingkan hanya dengan menjual susu segar. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai produk olahan susu yang dapat menarik wisatawan yang berkunjung ke Lembang dan menjadikan produk tersebut sebagai oleh-oleh khas Lembang.

Tujuan diadakannya praktikum Manajemen Produksi Agribisnis ini adalah mengharapkan mahasiswa dapat mengetahui gambaran tentang manajemen produksi pada perusahaan.
C. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum Manajemen Produksi Agribisnis adalah Observasi Partisipatif, yaitu metode pengamatan langsung dari sumber data secara mendalam.
D. Gambaran Umum Perusahaan
PTPN VIII merupakan perusahaan dalam kategori skala usaha besar karena dibawah BUMN. PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN) didirikan berdasarkan akta notaris Harun Kamil, SH No 41 Tanggal 11 Maret 1996 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat keputusan nomor C28336 HT.96 Tanggal 8 Agustus 1996, sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah RI no 13 tahun 1996 tentang peleburan Perusahaan (PERSERO) PT. Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan menjadi PT. Perkebunan XII, dan Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan XIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII, Jawa Barat.
Kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan / produksi, dan penjualan komoditi teh, Karet, Kina, Kakao, Kelapa sawit, dan Gutta percha. Pusat kegiatan usaha berada di kantor Direksi di Bandung dengan jumlah perkebunan / unit yang dikelola sebanyak 43 kebun, 2 unit rumah sakit, dan 1 unit usaha pengepakan teh, menempati lahan seluas 116.856 Ha yang tersebar di 9 Kabupaten Propinsi Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis), dan 2 Kabupaten Banten (Lebak dan Pandeglang).
Visi dan misi dari PT. Perkebunan Nusantara VIII adalah sebagai berikut :
a.    Visi
Menjadi Perusahaan Agribisnis terkemuka dan terpercaya, mengutamakan kepuasan pelanggan dan kepedulian lingkungan dengan didukung oleh SDM yang profesional.
b.    Misi
·      Menghasilkan produk bermutu dan ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh pasar dan mempunyai nilai tambah tinggi.
·      Mengelola perusahaan dengan menerapkan Good Governance dan Strong Leadership, memosisikan sumber daya manusia sebagai mitra utama, serta mengedepankan kesejahteraan karyawan melalui kesehatan perusahaan.
·      Mengoptimalkan seluruh sumber daya untuk dapat meraih peluang-peluang pengembangan bisnis, secara mandiri maupun bersama-sama mitra strategis.
·      Mengedepankan Corporate Sosial Responsibility (CSR) seiring dengan kemajuan perusahaan.

Perusahaan ini berasal dari perusahaan perkebunan milik Belanda, yaitu ketika penyerahan kedaulatan secara otomatis menjadi milik Pemerintah RI, yang kemudian dikenal dengan nama Perkebunan Negara (PPN). PTPN VIII ini terletak di wilayah Jawa Barat dan biasa disebut dengan Perkebunan Ciater, barada pada ketinggian 1100 mdpl dan memiliki sebanyak 42 pabrik. Jumlah karyawan yang bekerja adalah sebanyak 1.500 orang dengan 10 karyawan tetap. Rata-rata jumlah produksi dari PTPN VIII ini adalah sebesar 45 ton per hari yang masih berbentuk teh basah dan memiliki rendemen kering sebanyak 10 %.
Jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN VIII ini adalah salah satunya yaitu teh walini. Teh Celup Walini dibuat dari bahan baku teh pilihan yang diolah tanpa campuran apapun, dengan kombinasi campuran beberapa jenis kualitas ekspor, dan dikemas secara profesional. Kemasan teh dibuat sedemikian rupa yang membuat keutuhan mutu teh terjaga. Keunggulan Teh Celup Walini dibanding teh lainnya yang sejenis, diantaranya adalah terbuat dari bahan baku yang berkualitas ekspor dari hasil perpaduan atau kombinasi dari beberapa jenis hasil kreativitas olahan para pakar teh di Indonesia.
Teh Celup Walini didistribusikan oleh PT. Atri Distribusindo dan Puskopkar PTPN VIII. Teh Celup Walini terdiri dari beberapa jenis produk berupa teh celup dan teh seduh, yaitu :
1. Teh Celup Hitam Walini
2. Teh Celup Lemon Walini
3. Teh Celup Jahe Walini
4. Teh Celup Organik Walini
5. Teh Celup Hijau Jepang
6. Teh Celup Hitam Walini TB 1
7. Teh Celup Hitam Walini TB 5
8. Teh Seduh Hitam Walini
9. Teh seduh Hijau Walini
Gambar 1. Teh Celup Walini
Tiap-tiap jenis produk dikemas dalam tiga bentuk kemasan yang berjumlah 1-25 buah dalam satu kemasan. Jenis produk yang menggunakan kemasan Double Chamber yaitu: Teh Celup Hitam Walini, Teh Celup Lemon Walini, Teh Celup Jahe Walini, Teh Celup Organik Walini, Teh Celup Hijau Jepang. Yang menggunakan kemasan Single Chamber adalah: Teh Celup Hitam Walini TB 1 dan Teh Celup Hitam Walini TB 5, sedangkan teh seduh hitam dan hijau Walini menggunakan kemasan teh seduh.
Pusat kegiatan usaha berada di Kantor Direksi Jalan Sindangsirna No. 4 Bandung, Jawa Barat dengan kebun/unit usaha yang dikelola sebanyak 41 kebun yang tersebar di 11 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat (Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Subang, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis) dan 2 Kabupaten di Propinsi Banten (Lebak dan Pandeglang). Tenaga kerja yang digunakan adalah dari masyarakat sekitar Perkebunan Ciater, dengan begitu masyarakat akan mendapatkan pekerjaan dan pendapatan.



Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Pusat
Gambar 3. Struktur Organisasi Wilayah dan Unit Usaha
Berdasarkan Gambar 2. Manajer IHT bertanggung jawab kepada direktur produksi PTPN VIII untuk kegiatatan-kegiatan yang dilakukan IHT, Manajer IHT berkedudukan sama dengan manajer wilayah I, wilayah II, wilayah III, dan wilayah IV. Manajer IHT merupakan unit terakhir dari struktur organisasi unit dan usaha PTPN VIII dengan kata lain tidak ada lagi unit usaha PTPN VIII yang berkedudukan di bawah IHT. Gambar 6. merupakan struktur organisasi IHT PTPN VIII.
Pada tahun 2000 awalnya hanya berupa kelompok tani peternak sapi perah, dan hasil susu langsung disetorkan ke koperasi. Mulai tahun 2009 berdiri kelompok usaha tani yang mencoba mengolah susu dari para peternak menjadi berbagai macam olahan susu, dengan tujuan meningkatkan nilai jual susu sehingga dapat meningkatkan pendapatan para peternak sapi perah tersebut. Serba Susu Lembang merupakan pioner produk olahan susu dengan varian terbanyak. Bahkan KUPS Serba Susu Lembang telah berhasil menciptakan resep olahan susu yang belum diproduksi di tempat manapun seperti rempeyek susu, nougat susu dan donat susu.
Visi dan misi dari KUPS Serba Susu Lembang adalah:
a.                   Visi
Menjadi KUPS terbaik dalam produktivitas, kualitas, inovasi dan pemasaran serta dapat bersaing di pasaran dalam negeri maupun internasional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan anggota KUPS Serba Susu Lembang dan masyarakat sekitar.
b.                   Misi
·      Peningkatkan kualitas produk dengan cara peningkatan pemilihan bahan baku yang berkualitas dan telah teruji serta penerapan standar produksi yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.
·      Terus menerus meningktakan inovasi produk dengan membuat berbagai macam variasi olahan susu.
·      Meningkatkan pemasaran dengan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak.
·      Meningkatkan kualitas SDM yang tergabung dalam KUPS Serba Susu Lembang.
·      Meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi perah dan pengolah susu dengan cara menyerap hasil produksi susu segar dengan harga yang layak, memberikan pelatihan-pelatihan dan membantu membuka pasar untuk mereka.
Hasil olahan Serba Susu Lembang memiliki kekhasan rasa yaitu rasa susu yang dominan dan cita rasa yang lezat karena menggunakan bahan baku susu murni dengan kualitas terbaik dan diolah secara higenis sesuai dengan standar produksi yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan serta menggunakan resep terbaik yang sudah teruji. Hal tersebut yang menjadi produk Serba Susu Lembang lebih unggul dan digemari dari produk-produk lainnya.
Kegiatan yang dilakukan Serba Susu Lembang selain mengolah berbagai macam produk olahan susu adalah melakukan edukuliner, wisata kampung, pengenalan kewirausahaan dan program pra-pensiun. Jenis produksi yang dihasilkan adalah produk jadi seperti kolostrum, susu pasteurisasi literan dan botolan, yoghurt, es mambo, ice cream, permen susu, krupuk susu, dodol susu, donat susu, pie susu, rempeyek susu dan masih banyak lagi produk olahan dari susu lainnya. Jumlah rata-rata produksi per hari adalah sekitar 200-400 liter susu segar, jumlah karyawan tetap sebanyak 25 orang dan karyawan lepas sebanyak 15 orang.
Perusahaan Serba Susu Lembang termasuk ke dalam kategori skala usaha besar dan merupakan perusahaan milik probadi. Hal itu terbukti hingga kini perusahaan tersebut  telah mempunyai omzet sebesar 1,5 milyar dengan aset perusahaan 500 juta dan keuntungannya 0,75 milyar. Adapun penanaman modal yang digunakan berasal dari dalam negeri.
Lokasi Perusahaan memiliki kelebihan yaitu akses yang mudah dan dilalui oleh kendaraan umum, ketersediaan tenaga kerja yang mudah dicari dengan pendidikan rata-rata SMP dan SMA, lingkungan sekitar merupakan kawasan pariwisata, produk olahan susu ini merupakan produk tanpa limbah sehingga sangat diterima oleh lingkungan.
Struktur organisasi dari KUPS Serba Susu Lembang adalah sebagai berikut:
Gambar 4. Struktur Organisasi KUPS Serba Susu Lembang







Walini merupakan salah satu merek teh yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII. Teh Walini diperkenalkan di Jawa Barat sejak tahun 2003 dan memenuhi standar Sustainable Agriculture (Rainforest Alliance dan UTZ Certificate) yaitu sertifikasi standar pertanian organik internasional. Banyaknya produk teh yang ditawarkan oleh produsen pesaing mengharuskan PTPN VIII jeli dalam melakukan kegiatan promosi agar tujuan perusahaan dapat tercapai, apalagi pada tahun 2009 PTPN VIII memiliki agenda untuk memperluas pangsa pasarnya secara nasional dengan meningkatkan kinerja industri hilirnya hingga dua kali lipat.
 
Gambar 5. Proses Produksi di PT. PN VIII
Proses pengolahan teh sehingga menjadi teh yang siap untuk di distribusikan adalah sebagai berikut :
a.                   Proses Pelayuan
Proses pelayuan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang terkandung di dalam daun, proses ini berlangsung selama kurang lebih 14-22 jam. Pada saat musim hujan, proses pelayuan ini akan membutuhkan waktu yang lebih banyak sampai kadar air yang dibutuhkan mencapai 55%. Proses ini bertujuan untuk menentukan kualitas teh, apabila terlalu layu teh akan tidak berasa.
b.                   Proses Penggilingan
Proses penggilingan yaitu proses pemisahan membran daun dengan gaya serkural dari bawah ke atas dan atas ke bawah. Pada proses ini terjadi proses fermentasi (pemberian ragi), dimana daun teh menguap menghasilkan bau dan warna yang bagus. Lamanya proses ini adalah sekitar 3 jam tidak kurang tidak lebih.
c.                   Proses Pengeringan
Proses pengeringan ini bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi yang terjadi pada saat proses penggilingan, dan proses ini terjadi selama 15-20 menit dengan temperatur 60°C - 120°C.
d.                  Proses Grading
Proses grading yaitu proses yang bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan ukuran, dan memisahkan teh dari campuran kotoran.
e.                   Proses Pengemasan
Proses pengemasan yaitu proses dimana teh yang telah lolos grading akan dikemas sesuai dengan kebutuhan, untuk di distribusikan ke pasar domestik atau di pasar luar negeri.
Serba Susu Lembang mengolah susu menjadi berbagai macam produk olahan yang dapat memberikan nilai tambah bagi susu tersebut. Berbagai macam olahan tersebut diolah berdasarkan aturan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan sehingga produk olahan Serba Susu Lembang memiliki kualitas yang baik.
 
Gambar 6. Proses Produksi KUPS Serba Susu Lembang
a.                   Bahan baku utama
Bahan baku utama berasal dari susu murni yang didapat dari para peternak sapi perah dari sekitar wilayah Lembang.
b.                   Bahan baku pendukung
Bahan baku pendung yang digunakan dalam proses produksi adalah tepung terigu, tepung ketan, gula, buah-buahan yang didapatkan dari daerah sekitar Lembang.
c.                   Proses penentuan kebijakan produksi
Urusan produksi diatur oleh kepala produksi, melakukan pertemuan / meeting produksi setiap satu minggu sekali.
d.                  Berdasarkan jenis produksi
Produksi Serba Susu Lembang ini dilakukan secara terus menerus setiap hari. Berdasarkan identifikasi dan analisis, produk ini berada pada tahapan siklus hidup produk pertumbuhan.




















Strategi Pemasaran PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII dalam produk teh siap minum merek Walini Peko (Studi Kasus Industri Hilir Teh  PTPN VIII Bandung, Jawa Barat). Di bawah bimbingan Tuhpawana P Sendjaja.  Pemasaran industri hilir PTPN VIII merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan PTPN VIII dari bisnis yang mengolah lebih lanjut produk teh perusahaan ke dalam bentuk teh kemasan, baik berupa teh celup, teh bungkus, maupun teh sachet.  Adapun content dari produk  teh tersebut dapat berupa teh hitam, teh organik, teh hijau, dan teh celup dengan berbagai pilihan rasa.
Sehubungan dengan hal tersebut, sebagai upaya untuk meningkatkan added value komoditi teh seperti meningkatkan daya serap pasar domestik, mencari target pasar baru/peminum baru dan meningkatkan loyalitas peminum teh dalam negeri dengan mengoptimalkan akses pasar yang ada. Dari sisi yang lain perkembangan era bisnis global menuntut inovasi dan kreatifitas para pelaku usaha, baik dari aspek teknologi maupun kualitas sumberdaya manusia, agar produk yang dihasilkan bisa sesuai dengan permintaan pasar.  Sejalan dengan rencana pengembangan usaha PTPN VIII,  dalam beberapa tahun ke depan telah direncanakan peningkatan produksi teh akan semakin besar.
Produk Teh Walini saat ini dapat diperoleh dengan mudah dibeberapa distributor dan toko eceran di seluruh Indonesia seperti Alfamart, Borma, Circle K, Hypermart, Lotte Mart, Lion Superindo, Yogya dan Yomart. Saat ini, gerai Walini sudah mulai ada di outlet-outlet seperti Walini Tea Gallery Jalan Dago no. 92, Stamp Factory Outlet, Oasis Factory Outlet, Bandara Husein Sastranegara, & Tahu Lembang (setiap Sabtu dan Minggu).

Pemasaran dilakukan di outlet – outlet sendiri dan bekerjasama dengan beberapa Event Organizer (EO), travel, tempat pariwisata, hotel, sekolah dan instansi pemerintah maupun perusahaan swasta. Lembang merupakan daerah wisata, oleh karena itu konsumen Serba Susu Lembang mayoritas berasal dari luar kota. Konsumen terbesar berasal dari berbagai kota besar diantaranya Jakarta, Garut, Tasikmalaya, Semarang, Surabaya, Medan, Pontianak, Banjarmasin, dan Batam. Sedangkan dari luar negeri, konsumen terbanyak berasal dari Malaysia dan Arab Saudi.Konsumen sasaranadalah usia anak sampai dewasa dengan tingkat ekonomi menengah keatas.





















     Pada praktikum Mata Kuliah Manajemen Produksi ini, saya mengunjungi PT. PN VIII Bandung, Jawa Barat dan KUPS Serba Susu Lembang, Bandung, Jawa Barat.
A.    PT. PN VIII Bandung, Jawa Barat




Gambar 7. Gedung PT Perkebunan Nusantara VIII

1.      Sejarah
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII, dibentuk berdasarkan PP No. 13 Tahun 1996, tanggal 14 Pebruari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan penggabungan kebun-kebun di wilayah Jawa Barat dari eks PTP XI, PTP XII dan PTP XIII. Perusahaan ini mengelola dan mengembangkan usaha agribisnis dan agroindustri serta usaha-usaha terkait lainnya, dan terus-menerus mempertahankan dan mengembangkan kesinambungan perusahaan yang sehat untuk dapat bersaing di pasar global.
Sebagai salah satu perusahaan BUMN dengan bisnis perkebunan teh terbesar mencapai 26.000 hektar di Nusantara, PTPN VIII juga mengembangkan industri hilir teh dalam kemasan yang diberi merk WALINI. Nama Walini yang diproduksi oleh PT Perkebunan Nusantara VIII tersebut diambil dari nama perkebunan Walini di dataran tinggi pegunungan Priangan Jawa Barat.
Inisiatif PTPN VIII memproduksi teh Walini adalah karena ingin memberikan teh dengan kualitas yang bagus, karena jarang sekali masyarakat Indonesia yang mendapatkan teh dengan kualitas yang bagus tersebut. Oleh karena itu, teh Walinidiharapkan mampu menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan teh dengan kualitas bermutu.
2.                   Produksi
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi perusahaan PT.PN VIII adalah daun teh yang diambil pucuknya atau yang biasa disebut peco. Yang dipakai adalah hanya 3 daun teratas B1, B2, B3. Pemilihan pucuk daun menggunakan grading tingkat 70%. Daun pucuk diambil karena mengandung polivenol yang tinggi. Harga produk baru yang dihasilkan dari pucuk dapat mencapai 2-3 juta / kg.
Tahapan dalam Proses Produksi
a.          Pemetikan           
Daun teh yang dipetik adalah pucuk dengan 3 daun dibawahnya, yaitu untuk teh kualitas baik. Pohon teh mulai dapat dipetik daunnya pada usia 3 tahun dan dapat dipetik terakhir pada usia 40 tahun. Pemetikan ini dilakukan menggunakan dua teknik, yaitu manual dan menggunakan mesin.
b.         Pelayuan
Proses pelayuan dilakukan dengan dehidrasi atau penurunan kadar air yang terkandung di dalam daun teh menjadi 55% dari kadar air awal. Selama proses pelayuan, terdapat hal-hal yang mempengaruhi proses, antara lain:
·         Kondisi Pucuk Teh Pucuk dapat berupa pucuk kasar, halus, tua, dan muda.Ditinjau dari keadaan airnya terdapat pucuk kering dan pucuk basah.Pucuk teh yang muda dan halus, layunya lebih cepat daripada pucuk kasar, sedangkan pucuk kering layunya lebih cepat daripada pucuk teh basah.
·         Suhu dan Kelembaban Udara Suhu pelayuan dianjurkan tidak melebihi 28 °C karena pada suhu di atas 28 °C,  bagian protein dari enzim mulai terdenaturasi sehingga enzim menjadi inaktif dan hal ini dapat menghambat reaksi oksidasi enzimatis pada tahap pengolahan  berikutnya atau bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya reaksi oksidasi enzimatis tersebut. Tidak terjadinya atau terhambatnya reaksi oksidasi enzimatis akan menyebabkan sifat-sifat khas (warna, rasa, dan aroma) teh hitam yang diinginkan tidak terbentuk (Arifin, 1994). Kelembaban udara yang digunakan pada  proses pelayuan di pabrik Ciater adalah 90-98%.
·         Waktu Pelayuan Pelayuan yang dilakukan di pabrik Ciater berkisar antara 14-16 jam. Pelayuan yang terlalu cepat akan menghasilkan teh yang berbau harum tetapi sifat-sifat lainnya kurang. Sedangkan pelayuan yang lama akan menghasilkan teh dengan air seduhan  berwarna gelap, rasa sepat, dan bau tidak enak.
·         Tebal hamparan pucuk di palung pelayuan di pabrik Ciater adalah sekitar 30-40 cm, tergantung dari banyaknya produksi. Apabila produksi sedang banyak, maka  biasanya tebal hamparan lebih tebal dari 40 cm. Akan tetapi hamparan pucuk teh tidak boleh terlalu tebal karena dapat menyebabkan panas udara tidak merata sehingga pelayuan menjadi lebih lama. Untuk mengetahui kadar air pada saat pelayuan apakah sudah sesuai standar atau  belum, yaitu dengan cara mengambil sampel sebanyak ±100 g pucuk layu secara acak dari withering trough setiap ±6 jam sekali pada awal pembeberan, pertengahan, dan menjelang turun layu. Setelah itu dari sampel diambil 3-5 g kemudian diiris tipis-tipis dengan ketebalan ±1 mm dan diukur kadar airnya dengan alat Mettler Toledo. Apabila hasil  pengukuran kadar air sudah mencapai 69-73% basis basah, maka hasil pelayuan segera dimasukkan ke ruang penggilingan. Sementara itu, jika daun teh tidak mencapai kadar layu yang ditentukan maka waktu pelayuan akan ditambah. Proses produksi teh di Ciater tidak bisa langsung diblend karena hasil produksi teh hitam CTC dataran menengah memiliki karakteristik kenampakan kuat tetapi rasa kurang. Hasil teh jadi yang dihasilkan rasa dan aromanya tidak bisa bersaing seperti hasil teh jadi dari dataran tinggi sehingga perlu dilakukan pencampuran di pabrik seinduk.





c.          Penggilingan
Proses ini merupakan proses penting karena proses pembentukan mutu teh secara fisik dan kimiawi. Pada proses CTC, tidak dilakukan proses sortasi basah. Tetapi, sesuai dengan namanya, yaitu Crushing, Tearing dan Curling, proses penggilingannya meliputi 3 hal, yaitu perobekan (pemotongan), pengepresan dan penggulungan. Tujuan penggilingan dan penggulungan yaitu:
·         Memperkecil ukuran pucuk teh layu
·         Menggiling pucuk teh agar cairan sel keluar semaksimal mungkin sehingga terjadi kontak dengan oksigen, enzim dan substrat sehingga terjadi oksidasi enzimatis
·         Mengoptimalkan terbentuknya inner quality
Di pabrik Ciater, proses CTC hanya memiliki 1 jalur.Untuk penggilingan awal digunakan mesin Rotorvane (RV) “15 dan jumlah mesin CTC ada 4 buah.Penggilingan  pada proses CTC ini dimulai dari ketika pucuk teh layu diturunkan dari ruang pelayuan ke ruang penggilingan melalui corong menuju GLS (Green Leaf Shifter). GLS digunakan untuk memisahkan pucuk layu dengan kotoran seperti tangkai, pasir, logam sehingga kotoran tidak merusak pisau CTC dan membuat macet pisau CTC. Dari GLS, masuk ke RV untuk dilakukan penggilingan awal. Pada alat ini, pucuk belum sepenuhnya halus.Tujuan penggilingan awal ini untuk memudahkan penggilingan berikutnya di mesin CTC. Setelah masuk CTC, potongan pucuk akan dirobek lagi, dipress dan digulung sehingga dihasilkan bubuk teh yang sangat halus. Selanjutnya menuju CFU (Continuous Fermenting Unit) untuk proses fermentasi. Dalam proses ini pucuk daun teh digulung menggunakan Rotorvane (RV). Pabrik Ciater memilih menggunakan mesin gilingan persiapan Rotorvane dari pada Barbora Leaf Conditioner (BLC) dengan petimbangan penggunaan alat-alat yang digunakan pada tahap selanjutnya. Penggunaan BLC untuk menggulung pucuk layu akan membutuhkan lebih  banyak pisau CTC untuk memotong dan merobek pucuk layu sebelum masuk ke tray fermentasi. Sementara itu, penggunaan Rotorvane membutuhkan lebih sedikit pisau roll CTC untuk memotong dan merobek pucuk layu. Dari kondisi terbut, hasil yang didapatkan  juga ikut terpengaruhi. Pada proses yang menggunakan gilingan persiapan BLC pucuk tergiling setelah melewati roll ke-3 masih memiliki ukuran yang kurang seragam. Sementara pada proses yang menggunakan RV, pucuk tergiling yang telah melewati pisau roll ke-3 telah memiliki ukuran yang seragam sehingga dapat segera dilanjutkan pada tahap fermentasi. Singkatnya, untuk mendapatkan hasil gilingan yang optimal, proses CTC dengan BLC memerlukan minimal 4 pisau roll CTC sedangkan proses CTC dengan RV memerlukan minimal 3 pisau roll CTC. Pada proses CTC, hampir seluruhnya dipengaruhi alat sedang tenaga kerja yang digunakan hanya sekedar untuk mengontrol jalannya peralatan. Untuk mendukung proses ini, suhu udara ruangan adalah 18-24 °C dan kelembaban relatif udaranya adalah 90-98%. Kadar air bubuk teh hasil penggilingan adalah 72,4% basis basah. Untuk mempertahankan suhu udara dan kelembaban relatif udara yang dipersyaratkan dan dapat menghasilkan teh yang baik maka dipasang humidifier untuk menjaga kelembaban udara dan suhu ruangan. Selama proses penggilingan dan penggulungan, terjadi perubahan fisik maupun kimia pada  pucuk yang sudah tergiling.
Perubahan fisik yang terjadi pada pucuk teh layu pada proses CTC adalah (1) Pucuk teh layu akan terpisah dari kotoran seperti tangkai, pasir dan logam menggunakan GLS; (2) Pucuk teh akan mengalami pengecilan ukuran menjadi bubuk kasar teh menggunakan Rotorvane; (3) Bubuk kasar teh akan mengalami perobekan, pengepresan dan  penggulungan menjadi bubuk teh halus menggunakan CTC; dan (4) Bubuk halus teh akan mengalami perubahan warna menjadi hijau kecoklatan.
Perubahan kimia selama proses penggilingan ini yaitu terjadinya peristiwa oksidasi enzimatis yaitu karena adanya kontak antara substrat polifenol dengan enzim polifenol oksidase yang dibantu dengan oksigen. Reaksi ini akan membuat warna bubuk teh menjadi kecoklatan karena hasil dari reaksi ini adalah senyawa quinon yang menyebabkan bubuk  berwarna coklat.

d.         Fermentasi
Fermentasi merupakan proses pembentukan sifat-sifat teh yang paling penting dalam  pengolahan teh hitam. Proses ini lebih tepat jika disebut sebagai proses oksidasi enzimatis, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi oksidasi senyawa polifenol dengan enzim polifenol oksidase dengan adanya oksigen. Sifat-sifat teh hitam yang terpenting seperti warna, aroma, rasa, dan warna air seduhan timbul selama proses ini. Fermentasi dalam pabrik teh ialah bercampurnya zat-zat yang terdapat di dalam cairan sel yang terperas keluar selama proses penggilingan yang selanjutnya mengalami  perubahan kimiawi dengan bantuan enzim-enzim dan oksigen dari udara (Lehninger et al, 1951; Adiprayoga, 1971; Eden, 1958). Tujuan dari oksidasi enzimatis ini adalah untuk memberikan kesempatan terjadinya reaksi oksidasi enzimatis antara substrat polifenol dengan enzim polifenol oksidase pada pucuk teh yang dibantu oleh oksigen. Oksidasi senyawa polifenol, terutama epigalochatekin dan galatnya akan menghasilkan quinon-quinon yang kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi senyawa-senyawa bisflavanol, teaflavin dan tearubigin. Proses kondensasi dan polimerasi  berjalan membentuk substansi-substansi tidak larut.
e.          Pengeringan
Pengeringan merupakan proses pengaliran udara panas pada bubuk hasil fermentasi sehingga diperoleh bubuk yang kering. Pengeringan pada pengolahan teh hitam di pabrik Ciater dilakukan dengan VFBD (Vibro Fluid Bed Dryer).Udara panas yang digunakan untuk pengeringan berasal dari udara luar yang dipanaskan dengan Heat Exchanger yang menggunakan bahan bakar bahan padat berupa kayu bakar.Udara panas yang dimaksud disini merupakan panas rambatan hasil dari pembakaran. Udara panas yang dihasilkan kemudian masuk melaui lorong (ducting) disebelah  bawah FVBD akibat adanya tarikan dari main fan. Selanjutnya udara panas bersih dialirkan menuju FVBD dan udara panas kotor dibuang ke lingkungan akibat hisapan ID fan melalui ducting. Di dalam FVBD terdapat blower yang membuat bubuk teh bergerak dancing selama proses pengeringan. Selama proses pengeringan, akan ada serat-serat dari  bubuk teh yang terhisap ke cyclone kering dan cyclone basah. Serat yang terhisap oleh cylone basah dikembalikan ke unit fermentasi karena serat tersebut masih dapat diproses. Sedangkan untuk serat yang terhisap cyclone kering masuk ke karung dan dibuang karena  biasanya yang terhisap cyclone kering berupa debu dan tidak dapat diproses. Pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Proses ini berlangsung selama 15 sampai 20 menit pada suhu sekitar 900C sampai 1200C.
f.          Grading
Grading adalah proses pemisahan teh yang kualitas baik dengan yang tidak setelah dilakukan pengeringan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat penjualan dan juga meningkatkan pendapatan. Menurut Arifin (1994), sortasi kering bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan warna partikel teh yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan oleh konsumen, meliputi:
      Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade yang sesuai dengan standar  perdagangan teh.
      Membersihkan teh kering dari partikel-partikel lainnya seperti serat, tangkai, batu,  partikel kayu dan sebagainya.
      Menyeragamkan bentuk, ukuran, dan warna pada masing-masing  grade.
Untuk mendapatkan hasil sortasi yang baik dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan, perlu dilakukan pengendalian proses, antara lain:
      Pengaturan Suhu Udara Di ruang sortasi pabrik Ciater, suhu bola kering udara t(db) 22 °C dan suhu bola  basah t(wb) adalah 21 °C. Dengan suhu ini, diharapkan dapat mempertahankan kadar air bubuk teh sehingga kadar air bubuk teh tidak naik selama proses sortasi.  Namun, untuk menjaga suhu tetap konstan sangat sulit karena banyaknya ventilasi di ruang sortasi tersebut.
      Pengaturan Kelembaban Udara Kelembaban udara yang dipersyaratkan selama proses sortasi adalah 80%. Kondisi ini sesuai dengan ruangan sortasi di pabrik Ciater. Kelembaban ini sangat  penting untuk dipertahankan untuk menjaga agar bubuk teh tidak menyerap uap air dari udara yang dapat menimbulkan kadar air bubuk meningkat. Sortasi kering di pabrik Ciater, dilakukan berdasarkan ukuran partikel, kandungan serat atau tulang, dan berat jenisnya dan juga dilakukan pemotongan atau  pengecilan ukuran untuk bubuk teh yang belum memenuhi syarat.
g.         Pengepakan
Pengepakan merupakan proses terakhir produksi. Kegiatan ini dilakukan pada produk jadi dan setengah jadi.Pengepakan bertujuan untuk memudahkan penyimpanan dan pengangkutan.
Meskipun tahap pengolahan teh terakhir adalah pengepakan, tetapi setelah dikemas, teh dilakukan penyimpanan di gudang penyimpanan. Ruang penyimpanan sama dengan ruang pengepakan. Hal ini untuk memudahkan penataan, sehingga setelah dilakukan  pengepakan, teh dalam sack dapat dilakukan pengechopan dan langsung ditata di ruangan tersebut. Penyimpanan dalam bentuk chop-chop. Satu chop terdiri atas 1 bottom pallet dan 1 bottom pallet terdiri atas 20 sack. Ketinggian bottom pallet maksimal 220 cm. Hal ini untuk menjaga agar teh yang berada di bagian bawah tidak tergencet dan tidak rusak.Kemudian, ditutup plastik sungkup yang sebelumnya diikat dengan strapping plastik.Akhirnya, untuk chop yang siap dipasarkan diberi tulisan “OK”.
3.                   Jenis proses produksi
Pabrik Teh Ciater merupakan pabrik teh yang memiliki perkebunan sendiri, dimana pemetikan daun tehnya dilakukan secara rutin. Pabrik teh yang berada tepat di dekat perkebunan teh sangat memudahkan proses pengangkutan daun teh ke pabrik untuk diproduksi.
Pabrik teh ini termasuk pabrik yang proses produksinya berjalan secara terus-menerus. Hal ini ditandai dengan adanya proses produksi yang dilakukan setiap hari.
Selain teh biasa, pabrik ini juga memproduksi teh hitam. Pengolahan teh hitam adalah pengolahan pucuk daun teh yang bertujuan mengubah komposisi kimia pucuk daun teh segar menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki  pada air seduhannya, yaitu warna, rasa dan aroma. Kriteria ini dapat dicapai dengan bahan mentah dan cara pengolahan yang baik yaitu sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan dan didukung oleh kondisi peralatan dan mesin yang baik. Pengolahan teh hitam di pabrik Perkebunan Ciater menggunakan dua sistem, yaitu CTC (Crushing, Tearing, Curling) dan Orthodoks.
4.                   Pemasaran
Pemasaran teh di PT. PN disalurkan 90% ke luar negeri dan 10% di dalam negeri. Pemasaran dilakukan dengan satu minggu sekali lelang di Jakarta setiap hari rabu. Pelelangan dilakukan untuk melihat perkembangan harga.
Ekspor yang dilakukan antara lain ke Inggris, Jerman, Amerika Serikat, Timur Tengah, Asia dan Malaysia. Penjualan teh walini di Indonesiasulit dilakukan karena teh dengan kualitas tinggi harganya juga tinggi. Konsumen di Indonesia sulit untuk menerimanya.
Pemasaran yang dilakukan dalam bentuk produk jadi dan setengah jadi.Untuk produk setengah jadi, perusahaan memasarkannya di dalam negeri dan ke luar negeri.Negara-negara tujuannya adalah Singapura, Malaysia, Irak, Iran dan negara-negara di Timur Tengah.Sedangkan untuk pemasaran dalam negeri, dilakukan dengan pelelangan yang bertempat di Jakarta, yaitu di PT. Karisma Nusantara.Pelelangannya dilakukan sekali dalam seminggu, yaitu setiap hari rabu. Produk setengah jadi yang sudah dibeli oleh pabrik-pabrik teh akan diolah kembali dan dipasarkan dengan merk dagang yang berbeda, misal “Sari Wangi”. Untuk produk jadinya, dipasarkan dengan berbagai pilihan rasa buah dan rasa original.Pemasarannya dilakukan di daerah sekitar/lokal dengan merk dagang “Walini”.









B.                 Serba Susu Lembang




1.                   Sejarah
Salah satu penghasil susu Nasional adalah Bandung Barat dimana memiliki wilayah yang potensial untuk pengembangan usaha sapi perah. Populasi sapi perah di Bandung Barat yang saat ini mencapai ± 24.000 ekor dengan produksi susu per hari ± 150.000 liter dan Lembang sebagai daerah pariwisata merupakan potensi yang tidak terbantahkan lagi untuk dikembangkan.
Lembang merupakan salah satu kecamatan di Bandung Barat yang mempunyai potensi produksi susu sapi yang besar, karena sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai peternak sapi perah. Namun karena terdapat berbagai keadaan salah satunya yaitu rendahnya harga jual susu sapi murni yang tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan sapi membuat para peternak sapi perah merasa kesulitan. Apalagi ditambah dengan semakin meningkatnya harga kebutuhan pokok dan tingginya biaya pendidikan.
Kesulitan ini membuat mata pencaharian sebagai peternak sapi perah tidak lagi menjanjikan dan menurunkan minat generasi selanjutnya untuk melanjutnya usaha sapi perah. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar semangat para peternak sapi perah kembali meningkat serta meningkatkan minat generasi selanjutnya untuk mengembangkan usaha sapi perah melalui kelompok usaha pengolahan susu (KUPS) Serba Susu Lembang. Para peternak sangat berharap mereka bisa menjual susu dengan nilai yang lebih dibandingkan hanya dengan menjual susu segar. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat berbagai produk olahan susu yang dapat menarik wisatawan yang berkunjung ke Lembang dan menjadikan produk tersebut sebagai oleh-oleh khas Lembang.


2.                   Produksi
Bahan baku utama yang digunakan adalah susu murni dengan bahan pendukung berupa tepung terigu, tepung ketan, gula, buah-buahan (didapatkan dari wilayah lembang. Olahan susu diproduksi terus0menerus setiap hari dan masih berada dalam tahapan siklus pertumbuhan.
Bahan baku utama yang digunakan perusahaan Serba Susu Lembang adalah susu murni yang didapat dari wilayah Lembang. Bahan baku pendukungnya seperti tepung terigu, tepung ketan, gula, buah-buahan yang didapat dari wilayah Lembang juga.
Proses penentuan kebijakan dalam produksi adalah urusan produksi diatur oleh kepala produksi, dilakukan meeting produksi selama seminggu sekali.
Produksi yang dilakukan merupakan produksi secara terus menerus setiap hari. Berdasarkan identifikasi dan analisis, produk ini berada ditahap siklus hidup produk pertumbuhan.
3.                   Pemasaran
Pemasaran dilakukan di outlet-outlet sendiri dan bekerjasama dengan beberapa Event Organizer (EO), travel, tempat wisata, hotel, sekolah, dan instansi pemerintahan maupun perusahaan swasta. Dengan sasaran konsumen usia anak sampai dewasa dengan tingkat ekonomi menengah keatas.
Lembang merupakan daerah pariwisata, oleh karena itu konsumen Serba susu lembang meyoritas berasal dari luar kota. Konsumen terbesar berasal dari Jakarta, Garut, Tasikmalaya, Semarang, Surabaya, Medan, Pontianak, Banjarmasin dan Batam. Sedangkan dari luar negeri, konsumen terbanyak berasal dari malaysia dan Arab Saudi.




BAB V. KESIMPULAN
Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara VIII Bandung, Jawa Barat yang mempunyai produk teh walini merupakan perusahaan teh yang maju dan berkembang. Manajemen dalam perusahaan juga sudah sangat bagus. Hanya saja kurang bagus dalam pemasaran. Akan lebih baik jika perusahaan dalam negeri memberikan efek yang bagus yang utama di negeri sendiri.
PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali adalah perusahaan yang menghasilkan serbuk teh hitam CTC yang berkualitas. Dengan beberapa tahapan produksi diantaranya :
         Pelayuan
         Penggilingan
         Permentasi
         Pengeringan
         Penyortiran
         Packing
Serba Susu Lembang merupakan industri rumah tangga yang pemasarannya sudah berkembang dengan bagus dan pesat. Juga merupakan industri ramah lingkungan dan sehat. Seharusnya dengan keuntungan mencapai milyaran seperti sekarang, perusahaan sudah dapat memperbesar paling tidak skala produksinya.








Assauri, Soyjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: LPFEUI.

Sriyadi.1991.  Bisnis, Pengantar Ilmu Ekonomi Perusahaan Modern.
Semarang : IKIP Semarang Press.

www.kebunciater.com,Kebunciater.blogspot.com/2009/12/panorama-         ciater.html?m=1,diakses pada tanggal 10 Juni 2014.

Kottler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan Jilid ll.            Jakarta: Erlangga.








LAMPIRAN

1 komentar:

  1. informasinya sangat membantu sekali gan..
    namun gambar dari struktur organisasinya tidak terlihat.
    bisa tolong diupload ulang gambarnya..
    makasih sebelumnya..

    BalasHapus